Kamis, 29 Maret 2012

Minggu ke empat


Minggu ke empat
Ø Pendekatan kesusateraan
Sastra merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta śāstra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar śās- yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
Yang agak bias adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra.
Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.
Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa.
Jadi, yang termasuk dalam kategori Sastra adalah
Novel , cerita atau cerpen (tertulis atau lisan ) , syair , pantun , Sandiwara/drama , Lukisan/kaligrafi .
PERAN SASTRA
Dengan pembatasan yang ugal-ugalan — “sastra adalah semua bentuk ekspresi dengan bahasa sebagai basisnya” — wilayah sastra jadi merebak, merengkuh daerah yang sangat luas. Ke dalamnya sudah tercakup sastra lisan maupun tulisan.
Prosa, puisi, lakon, skenario, skripsi, risalah ilmiah, esei, kolom, berita, surat, proposal, catatan harian, laporan, pandangan mata, pidato, ceramah, transkripsi percakapan, wawancara, iklam, propaganda, doa dan sebagainya semuanya jadi termasuk sastra, karena mempergunakan bahasa.
Semua sektor kehidupan, seluruh aktivitas manusia tak bisa membebaskan diri dari bahasa. Bahkan olahraga yang jelas-jelas menitikberatkan pada aktivitas raga, tetap saja membutuhkan bahasa dalam menumbuhkan dan mengembangkan dirinya. Dengan cakupan yang begitu dahsyat, sastra tidak mungkin tidak berguna.
Demikianlah mahasiswa yang sedang menekuni berbagai jurusan, akan selalu, suka tak suka berhubungan dengan satra.
Kesusastraan (prosa dan puisi) sesungguhnya terkait dengan seluruh aspek kehidupan. Hanya saja karena pemaparannya menempuh lajur rekaan imajinasi, sehingga nampak semu. Tapi dalam kesemuannya itu, sastra merefleksikan fenomena hidup beragam dengan mendalam,
Untuk itu memang diperlukan kesiapan: apresiasi, interpretasi dan analisis, sehingga dunia rekaan di dalam sastra jelas kaitannya dengan seluruh aspek kehidupan. Kritik sebagai perangkat penting yang sesungguhnya berfungsi menunjukkan arti kehadiran sastra, kebetulan sangat parah di Indonesia, sehingga kehadiran sastra semakin tenggelam hanya sebagai hiburan.
Sastra memang memiliki potensi yang hebat untuk menghibur. Dan karenanya sebagai barang komoditi nilainya tinggi. Kaitannya dengan bisnis dan industri juga meyakinkan. Sebuah karya sastra dapat meledak, mengalami ulang cetak setiap tahun dengan oplag raksasa dalam berbagai bahasa.
Namun sastra tidak semata-mata kelangenan, tetapi juga dokumen perjalanan pemikiran yang menjadi bagian dari perjalanan sejarah. Uncle Toms’s Cabin karya Beecher Stowe yang melukiskan derita dan nestapa budak kulit hitam di Amerika Serikat, telah diakui sebagai salah satu pemicu perang Saudara di Amerika dalam rangka menghapuskan perbudakan .
Dokter Zhivago karya Boris Pasternak melukiskan hidup pelakunya yang bernama Lara yang melambangkan Ibu Rusia. Pemerintah tirai besi Uni Soviet melarang Pasternak menerima hadiah nobel, karena novel itu dianggap sebagai potret Rusia yang tidak dikehendaki oleh pemerintah komunis.
Ayat-Ayat Setan karya Salman Rusdie menimbulkan kegegeran dunia, karena dianggap penghinaan terhadap Islam, sehingga Ayatulah Khomeini menjatuhkan hukuman mati pada yang berlindung di daratan Inggris.
Pendekatan Kesusastraan Sastra berasal dari kata castra berarti tulisan. Dari makna asalnya dulu, sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan, kitab- kitab suci, surat-surat, undang-undang, dan sebagainya. Sastra dalam arti khusus yang kita gunakan dalam konteks kebudayaan, adalah ekspresi gagasan dan perasaan manusia. Jadi, pengertian sastra sebagai hasil budaya dapat diartikan sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang lahir dari perasaan dan pemikirannya. Secara morfologis, kesusastraan dibentuk dari dua kata, yaitu su dan sastra dengan mendapat imbuhan ke- dan -an. Kata su berarti baik atau bagus, sastra berarti tulisan. Secara harfiah, kesusastraan dapat diartikan sebagai tulisan yang baik atau bagus, baik dari segi bahasa, bentuk, maupun isinya.
Ada tiga hal yang berkaitan dengan pengertian sastra, yaitu ilmu sastra, teori sastra, dan karya sastra.
1.      Ilmu sastra adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki secara ilmiah berdasarkan metode tertentu mengenai segala hal yang berhubungan dengan seni sastra. Ilmu sastra sebagai salah satu aspek kegiatan sastra meliputi hal-hal berikut. · Teori sastra, yaitu cabang ilmu sastra yang mempelajari tentang asas-asas, hukum-hukum, prinsip dasar sastra, seperti struktur, sifat-sifat, jenis-jenis, serta sistem sastra. · Sejarah sastra, yaitu ilmu yang mempelajari sastra sejak timbulnya hingga perkembangan yang terbaru. · Kritik sastra, yaitu ilmu yang mempelajari karya sastra dengan memberikan pertimbangan dan penilaian terhadap karya sastra. Kritik sastra dikenal juga dengan nama telaah sastra. · Filologi, yaitu cabang ilmu sastra yang meneliti segi kebudayaan untuk mengenal tata nilai, sikap hidup, dan semacamnya dari masyarakat yang memiliki karya sastra. Keempat cabang ilmu tersebut tentunya mempunyai keterkaitan satu sama lain dalam rangka memahami sastra secara keseluruhan.
2.      Teori sastra adalah asas-asas dan prinsip-prinsip dasar mengenai sastra dan kesusastraan.
3.      Seni sastra adalah proses kreatif menciptakan karya seni dengan bahasa yang baik, seperti puisi, cerpen/novel, atau drama. Karya sastra pada dasarnya adalah sebagai alat komunikasi antara sastrawan dan masyarakat pembacanya. Karya sastra selalu berisi pemikiran, gagasan, kisahan, dan amanat yang dikomunikasikan kepada pembaca.
Untuk menangkap ini, pembaca harus mampu mengapresiasikannya. Pengetahuan tentang pengertian sastra belum lengkap bila belum tahu manfaatnya. Horatius mengatakan bahwa manfaat sastra itu berguna dan menyenangkan.
Secara lebih jelas dapat dijelaskan sebagai berikut.
 1. Karya sastra dapat membawa pembaca terhibur melalui berbagai kisahan yang disajikan pengarang mengenai kehidupan yang ditampilkan. Pembaca akan memperoleh pengalaman batin dari berbagai tafsiran terhadap kisah yang disajikan.
2. Karya sastra dapat memperkaya jiwa/emosi pembacanya melalui pengalaman hidup para tokoh dalam karya.
3. Karya sastra dapat memperkaya pengetahuan intelektual pembaca dari gagasan, pemikiran, cita-cita, serta kehidupan masyarakat yang digambarkan dalam karya.
4. Karya sastra mengandung unsur pendidikan. Di dalam karya sastra terdapat nilai-nilai tradisi budaya bangsa dari generasi ke generasi. Karya sastra dapat digunakan untuk menjadi sarana penyampaian ajaran-ajaran yang bermanfaat bagi pembacanya.
5. Karya sastra dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan atau penelitian tentang keadaan sosial budaya masyarakat yang digambarkan dalam karya sastra tersebut dalam waktu tertentu. Menurut Koentjaraningrat sebagaimana dikutip Abdul Chaer dan Leonie dalam bukunya Sosiolinguistik bahwa bahasa bagian dari kebudayaan. Jadi, hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.  Masalah sastra dan seni sangat erat hubungannya dengan ilmu budaya dasar, karena materi- materi yang diulas oleh ilmu budaya dasar ada yang berkaitan dengan sastra dan seni.Budaya Indonesia sanagat menunjukkan adanya sastra dan seni didalamnya.
Ø  Ilmu Budaya Dasar yang dihubungkan dengan prosa
Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin "prosa" yang artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya.prosa juga dibagi dalam dua bagian,yaitu prosa lama dan prosa baru,prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat,dan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.

Dalam kesusatraan Indonesia kilta mengenal jenis prosa lama dan baru.

a. Prosa lama meliputi

dongeng-dongeng
hikayat
sejarah
epos
cerita pelipur lara

b. Prosa baru meliputi

cerita pendek
hikayat
biografi
kisah
otobiografi

Ø  Nilai nilai dalam prosa fiksi
PROSA FIKSI

Istilah prosa fiksi banyak padanannya. Kadang-kadang di sebut : narrative fiction,fictional narrative, prose fiction atau hanya fiction saja. Kata Latin fictionem dari kata fingereartinya menggambarkan atau menunjukkan. Dalam bahasa Indonesia istilah tadi seringditerjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai “Bentuk cerita atau prosakisahan yang mempunyai peme-ran, lakuan, peristiwa, dan alur yang dihasilkan oleh dayakhayal atau imajinasi” (Saad & Moeliono). Istilah cerita rekaan umumnya dipakai untuk roman, atau novel, atau cerita pendek.

Yang dimaksud dengan nilai di sini adalah persepsi dan pengertian yang diperoleh pembaca lewat sastra (prosa fiksi). Hendaknya disadari bahwa tidak semua pembaca dapatmem-peroleh persepsi dan pengertian tersebut. Ini hanya dapat diperoleh pembaca, apabilasastra menyentuh diririya. Nilai tersebut tidak akan diperoleh secara otomatis dari membaca.Dan hanya pembaca yang berhasil mendapat pengalaman sastra saja yang dapat merebutnilai-nilai dalam sastra.

(a). Prosa fiksi memberikan kesenanganKeistimewaan kesenangan yang diperoleh dari membaca fiksi adalah pembacamendapatkan pengalaman sebagaimana jika mengalaminya sendiri peristiwa atau keja-dian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imaginasinya untuk mengenaldaerah atau tempat yang asing, yang belum dikunjunginya, atau yang tak mungkindikunjungi selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atauasing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai suatusukses. Namun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa tempat atau tokoh dalamfiksi itu mirip dengan manusia manusia atau tempat-tempat dalam kehidupan sehari-hari.Kecuali kenikmatan literer, fiksi juga memberikan kesenangan yang berupastimulasi intelektual. Ini datang dari adanya ide-ide, wawasan-wawasan, atau pemikiran- pemikitan yang baru, yang aneh, yang luar biasa, bahkan juga yang mungkin sangatmembahayakan jika diungkap-kan bukan lewat sastra.

(b). Prosa fiksi memberikan informasi.Fiksi memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi. Jikakita memerlukan suatu fakta, maka kita dapat membuka buku. Tetapi jika kitamenginginkan wawasan yang berbeda dari apa yang ada di dalam fakta, maka kita harusmemilih sastra. Dari sastra mungkin kita akan mendapatkan nilai-nilai dari sesuatu yangmungkin di luar perhatian kita. Dari novel sering kita dapat belajar sesuatu yang lebihdaripada sejarah atau laporan jurnalistik tentang kehidupan masa kini, kehidup-an masalalu, bahkan juga kehidupan yang akan datang, atau kehidupan yang sama sekali asing.(Kita ingat misalnya Robinson Crusoe (Defoe) atau Perjalanan ke Akhirat (DjamilSuherman).Fiksi juga memberikan ide atau wawasan yang lebih dalam daripada sekedar faktayang hanya bersifat meng-gambarkan. Dari fiksi dapat dipahami tentang kelemahan,ketakutan, keterasingan, atau hakekat manusia lebih daripada apa yang disajikan oleh buku-buku psikologi, sosiologi, atau anthropologi.
 
Fiksi bersifat mendramatisasikan, bukan hanya sekedar menerangkan sepertimisalnya buku teks psikologi. Mendramatisasikan, berarti mengubah prinsip-prinsipabstrak menjadi suatu kehidupan atau lakuan/tindakan (action). Kita jadi ingat misalnya pada Ziarah (Iwan Simatupang) yang merupakan dramatisasi atau fisikalisasi dari ideketerasingan kehidupan manusia, sebagaimana diperankan oleh profesor filsafat itu.

(c). Prosa fiksi memberikan warisan kultural.Pelajaran sejarah dapat memberikan sebagian warisan kultural kepada mahasiswa;demikian pula dengan pelajaran matematika, seni, dan musik. Para mahasiswa yangmempelajari bahasa dan sastra akan memperoleh kontak dengan : impian-impian,harapan-harapan, dan aspirasi-aspirasi, sebagai akar-akar dari kebudayaan. Prosa fiksidapat menstimulai imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa. Novel-novel yang terkenal seperti : Sitti Nurbaya, Salah Asuhan, Layar Terkembang mengungkapkan impi-an-impian, harapan-harapan, aspirasi-aspirasi darigenerasi yang terdahulu yang seharusnya dihayati oleh generasi kini. Bagi bangsaIndonesia novel-novel yang berlatar belakang perjuangan revolusi seperti Jalan Tak AdaUjung, Perburuhan, jelas merupakan buku novel yang berarti, sementara kita menyadari bahwa revolusi itu sendiri adalah suatu tindakan heroisme yang mengagumkan danmemberikan kebanggaan.

(d). Prosa fiksi memberikan keseimbangan wawasan.Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman- pengalamannya dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesem- patan untuk memilih respon-respon emosional atau rang-kaian aksi (action) yangmungkin sangat berbeda daripa-da apa yang disajikan oleh kehidupan sendiri. Rangkaianaksi itu sendiri mungkin tidak pernah ada dan tidak pernah terjadi di dalam kehidupanfaktual.Adanya semacam kaidah kemungkinan yang tidak mungkin dalam fiksi inilahyang memungkinkan pembaca untuk dapat memperluas dan memperdalam persepsi danwawasannya tentang tokoh, hidup, dan kehidupan manusia. Dari banyak memperoleh pengalaman sastra, pembaca akan terbentuk keseimbangan wawasannya, terutama dalammenghadapi kenyataan-kenyataan di luar dirinya yang mungkin sangat berlainan dari pribadinya. Seorang dokter yang dianggap memiliki status sosial tinggi, tetapi ternyatamendatangi perempuan simpanannya walaupun dengan alasan-alasan psikologis, sepertidikisahkan novel Belenggu, adalah contoh dari “the probable impossibility.” Tetapi justrudari sinilah pembaca memperluas per-spektifnya tentang kehidupan manusia.Kesanggupan sastra (fiksi) untuk menembus pikiran dan emosi seperti itu dapatmemberikan impaknya yang luar biasa. Beberapa novel kadang-kadang menyajikan suatuwawasan atau pemikiran yang subtil, bahkan sampai kepada yang “gila” (Ingat beberapanovelet Putu Wijaya).

Aspek ekstrinsik prosa fiksi.

Faktor sejarah dan lingkungan seringkali dapat dibuktikan ada kaitannya dengansebuah cipta sastra (fiksi). Dengan kata lain kekuatan-kekuatan di dalam masyarakat ataulingkungan itulah justru memiliki pengaruh yang kuat pada diciptakanya sebuah karya prosafiksi. Sehingga kejadian-kejadian yang bersamaan dalam proses pembuatan sebuah karya prosa fiksi seringkali menjadi ide dan inspirasi dari pengarangnya. 

Ø  ILMU BUDAYA DASAR YANG DI HUBUNGKAN DENGAN PUISI

Kepuitisan, keartistikan/keestetikaan bahasa puisi di sebabkan oleh kreativitas penyair dalam membangun puisinya dengan menggunakan :

1. Figura bahasa seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan, alegori, dsb sehingga puisi menjadi hidup.
2. Kata-kata yang ambiquitas yaitu kata-kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
3. Kata-kata berjiwa yaitu kata-kata yang sudah di beri suasana tertentu, berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
4. Kata-kata yang konotatif yaitu kata-kata yang sudah di beri tambahan nilai-nilai rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu.
5. Pengulangan, yang berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yang di lukiskan, sehingga lebih menggugah hati.

Adapun alasan-alasan yang mendasari penyajian puisi pada perkuliahan IBD adalah :

1. Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia

Perekaman/penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut “pengalaman perwakilan”. Pendekatan terhadap pengalaman perwakilan itu dapat dilakukan dengan suatu kemampuan yang disebut “pengalaman perwakilan”

2. Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual

Dengan membaca puisi mahasiswa dapat diajak untuk dapat menjenguk hati/pikiran manusia, karena melalui puisinya sang penyair menunjukan kepada pembaca bagian dalam hati manusia, ia menjelaskan pengalaman setiap orang.

3. Puisi dan keinsyafan sosial

Secara imaginatif puisi dapat menafsirkan siuasi dasar manusia sosial yang bisa berupa :

- penderitaan atas ketidak adilan
- perjuangan utuk kekuasaan
- konflik dengan sesamanya
- pemberontakan terhadap hukum Tuhan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar